Part 1
Pukul 13.00
Di Aula SMA Chaesang...
”.... . Dengan ini saya umumkan, siswa siswi SMA Chaesang
... bisa melanjutkan di perguruan tinggi! ” Akhir pidato yang mengejutkan oleh
Kepala Sekolah. Wah! Aku sungguh senang sekali, teman-temanku melemparkan topi
wisudanya ke atas. Sungguh tak bisa terbayangkan, topi-topi berjatuhan persis
di atas kepalaku. Kebahagiaan dari hasil kerja keras kami.
Lalu kami semua berfoto dengan kepala sekolah, guru,
teman-teman dan orang tua mereka, tapi sayangnya ayahku tak bisa datang karena
pekerjaannya. Jadi, kakakku Hye In yang menemaniku.
”Selamat, ya. Adikku!” ucapan yang indah dari seorang kakak.
”hahaha... iya! Makasih kak!” aku memeluknya.
”hih! Ga usah berlebihan!” menyingkirkan tanganku.
”Berlebihan apanya, namanya saja kasih sayang.” kesalku.Lalu
saat itu juga aku menengok ke belakang, dan melihat Ji Seo dengan Ibunya akan
meninggalkan tempat. Dan aku tersenyum walau dia tak melihatku. Dia anak yang
berprestasi, tak salah jika dia begitu populer di kalangan siswa siswi Chaesang.
Tapi mengapa aku harus suka padanya. Huaaa! Ji Seo!
”Hye Na! ” dari arah belakang, Jae Lyn datang lalu
memelukku sambil menangis.
”Sudahlah, Jae Lyn” , hiburku lalu dia melepaskan
pelukannya.
”Jangan menangis, ini belum berakhir, masih ada yang
harus kau lakukan lebih keras lagi” , kataku sambil menepuk bahunya.
”Aku hanya terharu, aku senang sekali.” kata Jae Lyn sambil tersedu-sedu.
”Aku juga merasakannya.” , balasku.
”Bagaimana kalau kita satu Unirversitas saja?” lanjutku.
Mengusap matanya dengan cepat, ”Unirversitas? dimana?”
”Aku akan mengikuti ujian
masuk di Unirversitas Daekyung, kau ikut ya!”
”Daekyung?Baiklah!” jawabnya dengan semangat.
”Jangan kecewakan sahabatmu. Hahaha !”. Kami memutuskan
untuk mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan ujian masuk.
Pukul 18.30
Malam harinya...
”Kakak! Tadi aku titip ponselku di tasmu!”
“Tasku di meja makan!” suara dari arah kamar mandi. Aku
akan pergi, ada janji dengan Jae Lyn.
“Kakak! aku pergi dulu ya!!” pakai sepatu lalu membuka
pintu dan keluar.
”oh ya!” jawaban yang lambat. Lalu aku menutup pintu. Aku
tinggal di apartement bersama kakakku. Hanya dengan kakakku seorang.
Di Jalan menuju rumah Jae Lyn...
Aku tahu seharusnya aku beristirahat malam ini. Tapi bagaimanapun juga Jae Lyn adalah sahabatku. Aku harus menemaninya
dan membantunya setiap ada kesulitan. Dia teman sekaligus sahabat saat duduk di
bangku SMA. Selalu menempel padaku tiap di sekolah. Tapi sekarang kami sudah
Lulus. Tapi kami masih bersama.
Jae Lyn hanya mempunyai Ibu. Ayahnya dipenjara karena
kasus kejahatan akhir-akhir ini, ada kabar dari kejaksaan hukum ayahnya akan
diancam hukuman seumur hidup apabila tidak menyerahkan diri pada kepolisian.
Aku tidak tahu yang dilakukan ayahnya sampai di hukum sebegitu kejamnya. Jae
Lyn tak pernah memberitahuku sebab penyebab ayahnya dipenjara. Ini yang
membuatku bertanya-tanya tapi aku tidak menghiraukannya, walaupun ini sulit
bagi Jae Lyn untuk menceritakan semua masalahnya padaku.
Akhirnya Sampai di depan rumah Jae Lyn...
“Selamat sore.” salamku
Ibu Jae Lyn datang menengok sambil berjualan.
“Oh bibi. Aku Hye Na teman sekolah Jae Lyn. Jae Lynnya
ad....”
“cari jae lyn? Jae Lyn tidak ada” balas Ibu Jae Lyn . Aku
terkejut mendengarnya, apakan ibu jae lyn melarang jae lyn keluar rumah? Lalu
aku menjelaskan maksud kedatanganku.
”Bibi, aku dan Jae Lyn ada janji untuk mendatangi
suatu tempat, dia ada dimana?”
“Bibi tidak tahu! Kamu pulang saja sana.. “ suruhnya mengusirku.
“Ibu! cukup! Aku tidak suka cara
ibu melarangku untuk pergi.” tiba-tiba Jae Lyn datang dari tangga kamarnya melontarkan
suara dengan keras. Jae Lyn siap untuk pergi denganku.
“Jeje! Masuk kamar!” Suruh ibunya.
Jae Lyn menghampiri ibunya.
“Ibu! Kumohon jangan halangi aku, aku ingin sekali-kali
pergi keluar. Hye Na orang baik, Bu. Jangan salah paham.” sambil memegang
tangan ibunya dengan memohon. Lalu Jae Lyn melepaskan tangan ibunya karena
ibunya tidak menatap Jae Lyn sepertinya memalingkan muka, lalu Jae Lyn langsung
menghampiriku serta memegang tanganku dan langsung pergi meninggalkan ibunya
dirumah. Aku merasa kasian pada Jae Lyn karena dia begitu dibatasi kebebasannya,
tapi aku juga sedih melihat perlakuan Jae Lyn pada ibunya, mereka harus
sama-sama tetap kuat dalam persoalan ini.
Di perjalanan, pinggir jalan kota, Jae Lyn masih bersedih...
Aku menepuk bahu Jae Lyn aku tersenyum padanya lalu
menggandeng tangannnya.
”Hye Na, maafkan ibuku.” dengan wajah sedih penuh
penyesalan. ”Ibuku tak bermaksud mengusirmu. Dia hanya melindungiku dari
orang-orang, yang selama ini mencari-cari ayahku.” terangnya.
”Tidak apa-apa aku hanya terkejut saja. Ternyata Ibumu
sama karakternyanya dengan kakakku.” aku sedikit menghibur.
”Apakah ini mengganggumu? Aku akan suruh ibuku meminta
maaf padamu secepatnya” katanya.
”Haiizz....itu malah mempersulit diriku, sudah tidak
penting lagi. Yang penting yang harus kau lakukan saat ini adalah menemaniku ke
Mall.”
”Ke Mall? Untuk apa? Aku
pikir kita akan pergi ke Bimbel.”
”Ahh...Ayolah ikut aku!” menarik tangan Jae Lyn dan pergi
ke Mall.
Saat tiba di Mall...
”Uwaa! Jae Lyn sini!” menarik tangan Jae Lyn.
”Lihatlah, betapa anggunnya gaun merah ini.” kataku sambil melirik Jae Lyn. Dari sudut
matanya, Jae Lyn juga senang dan
tertarik melihatnya.
”Wah! Wah! Bagaimana kalau yang ini? Sepatunya merah yang
berkilau, sungguh indah dan pantas untukmu Jae Lyn?!” mengambil sepatu dan
menyerahkannya pada Jae Lyn untuk dicoba.
”Apa? Aku tidak...”
”Ayolah, coba dulu. Kalau
memang bagus sayang kalau tidak dipakai.” Aku memakaikannya pada Jae Lyn. Wajahnya
terlihat kaku dan canggung untuk memakai sepatu bermerek mewah ini.
”Aishh, Kau ini .. Bagaimana? Kau suka,kan?” tanyaku
dengan gembira.
”aku tidak suka.” jawabnya. Aku terkejut.
”Hah? Kenapa? Ini pas kok! Atau kau mau coba yang lain?” aku
sambil mencari sepatu lainnya.
”Sebenarnya, apa sih tujuan kita kemari? Aku tidak nyaman
disini.” tanyanya kesal. Aku terdiam sesaat. Apakah aku
membuatnya sebal? Lalu aku mencoba menjelaskan.
”Kita harus bergaya seperti orang yang ingin seperti
artis model. Kita itu sudah cantik, sayang kalau tak dimajakan dengan hal
seperti ini.”
Jae Lyn hanya diam dan melotot ke arahku dengan
mengerutan alis di matanya. Dengan wajah penuh tanya.
Pukul 19.00
Di Cafe Mall...
Kami duduk santai sambil makan ice cream. Jae Lyn melihatku dan berkata,
”Dasar kau!” . Tiba-tiba dia bicara seperti itu.
”Uhuk...uhuk..A..apa?” aku tersedak minum karena terkejut.
”Apakah aku harus mengulanginya?” nada kesal. Sepertinya
dia masih kesal dengan dirinya sendiri karena aku?.
”Tidak perlu! aku hanya memintamu menjelaskan apa maksud
dari ucapan itu.” Aku juga kesal, kenapa
Jae Lyn tiba-tiba berkata seperti itu padaku.
”Kau bilang jadi artis model, apakah itu cita-citamu?”
tanyanya dengan wajah serius.
”Aku sangat suka dengan dunia entertaiment terutama model.
Tidak salahkan aku mempunyai pikiran seperti itu berkeinginan jadi artis model.”
”Kalau itu memang keinginanmu, jangan bawa-bawa aku
keduniamu. Aku merasa kau semena-mena padaku.” jelasnya dengan kata-kata yang
menyalahkanku.
”Kau tahu kan, artis model itu mudah terjerat masalah,
apalagi banyak wartawan meliput di media tentang gosip yang beredar, lalu kau
tidak malu?” lanjut Jae Lyn.
” Ayolah.. aku juga tak tertarik dengan sensasi para
artis, kau meresponnya sangat serius. Tak usah kau pikirkan” Jelasku.
Jae Lyn melihat belanjaan yang kita beli tadi.
”Lalu baju, sepatu, dan aksesoris ini?” tanya Jae Lyn.
“Ini untukmu, baju coklat itu untuk ibumu.” aku membeli
baju yang akan ku berikan pada ibu Jae Lyn nanti saat pulang sebagai tanda
perbaikan hubungan.
”Aku sungguh tak mengerti.” Jae Lyn merasa kebingungan
sambil melihat barang-barang belanjaan.
”Apa yang kau tak mengerti?” Tanyaku
sambil makan ice cream.
”Bagaimana aku membalas semua ini. Kau begitu baik padaku. Apakah kau ada maksud tertentu?” . Jelasnya dengan penuh
keraguan.
”Sebenarnya aku sudah puas punya sahabat sepertimu, aku
juga sudah menerimamu apa adanya. Maksudku tentu saja ingin melihatmu bahagia
dan akupun juga bisa merasakan kebahagiaan itu.” Jelasku dengan penuh
kepercayaan diri. Aku sangat sayang pada Jae Lyn.
”benarkah itu?”Kata Jae Lyn dengan wajah sedikit terharu.
Aku tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala sambil melihat Jae Lyn menangis
bahagia. Lalu kami pulang dengan membawa barang belanjaan kami.
Pukul 20.30
Saat perjalanan pulang
Setelah turun Bus, kami berjalan kaki mendekati trotoar.
Kemudian Jae Lyn menghentikan langkahnya aku pun juga berhenti dengan
kebingungan. Ada apa?
”Hye Na, sampai disini saja kau mengantarku. Aku bisa
pulang sendiri.” Jae Lyn dengan membawa barang belanjannya mengatakan itu.
”Oh begitu, padahal aku ingin bertemu ibumu.” kataku
sedikit kecewa.
”Lain kali saja. Aku rasa ibuku sudah tidur.” Jelasnya.
”Baiklah kalau begitu.” jawabku.
”Kau istirahat saja. Kau terlihat kecapekan.”, katanya.
”benarkah? Padahal aku merasa terlihat masih segar.
Haha.”, Aku tertawa.
“Itu menurutmu. Sudah ya! See you!”, salamnya dengan
senyum.
“Iya, sampai jumpa. Aku akan menghubungimu jika ada
diskon baju dan sepatu.”, kataku sambil tertawa.
“Baiklah. Sana pulang.” , suruhnya sambil senyum.
”iya.” jawabku. Dan aku pergi meninggalkannya lalu dia
melambaikan tangan.
Kami berpisah di pertigaan jalan dekat rumah kami
masing-masing. Sungguh menyenangkan malam ini.
Kembali ke rumah...
|
Rabu, 03 Juli 2013
Cool Boys Of BoyBand Story
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar