EXO•♥•KOREAN ENTERTAIMENT•KOREAN POP•KOREAN PROFILE•KOREAN MUSIC LYRICS•♥• ·EXO

•♥•HELLO STRANGER!•♥•

Rabu, 03 Juli 2013

Cool Boys Of BoyBand Story




Part 1

Pukul 13.00
Di Aula SMA Chaesang...
”.... . Dengan ini saya umumkan, siswa siswi SMA Chaesang ... bisa melanjutkan di perguruan tinggi! ” Akhir pidato yang mengejutkan oleh Kepala Sekolah. Wah! Aku sungguh senang sekali, teman-temanku melemparkan topi wisudanya ke atas. Sungguh tak bisa terbayangkan, topi-topi berjatuhan persis di atas kepalaku. Kebahagiaan dari hasil kerja keras kami.

Lalu kami semua berfoto dengan kepala sekolah, guru, teman-teman dan orang tua mereka, tapi sayangnya ayahku tak bisa datang karena pekerjaannya. Jadi, kakakku Hye In yang menemaniku. 


”Selamat, ya. Adikku!” ucapan yang indah dari seorang kakak.

”hahaha... iya! Makasih kak!” aku memeluknya.
”hih! Ga usah berlebihan!” menyingkirkan tanganku.
”Berlebihan apanya, namanya saja kasih sayang.” kesalku.Lalu saat itu juga aku menengok ke belakang, dan melihat Ji Seo dengan Ibunya akan meninggalkan tempat. Dan aku tersenyum walau dia tak melihatku. Dia anak yang berprestasi, tak salah jika dia begitu populer di kalangan siswa siswi Chaesang. Tapi mengapa aku harus suka padanya. Huaaa! Ji Seo!

”Hye Na! ” dari arah belakang, Jae Lyn datang lalu memelukku sambil menangis.
”Sudahlah, Jae Lyn” , hiburku lalu dia melepaskan pelukannya.
”Jangan menangis, ini belum berakhir, masih ada yang harus kau lakukan lebih keras lagi” , kataku sambil menepuk bahunya.
”Aku hanya terharu, aku senang sekali.” kata Jae Lyn  sambil tersedu-sedu.
”Aku juga merasakannya.” , balasku.
”Bagaimana kalau kita satu Unirversitas saja?” lanjutku.
Mengusap matanya dengan cepat, ”Unirversitas? dimana?”
”Aku akan mengikuti ujian masuk di Unirversitas Daekyung, kau ikut ya!”
”Daekyung?Baiklah!” jawabnya dengan semangat.
”Jangan kecewakan sahabatmu. Hahaha !”. Kami memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan ujian masuk.

Pukul 18.30
Malam harinya...

”Kakak! Tadi aku titip ponselku di tasmu!”
“Tasku di meja makan!” suara dari arah kamar mandi. Aku akan pergi, ada janji dengan Jae Lyn.
“Kakak! aku pergi dulu ya!!” pakai sepatu lalu membuka pintu dan keluar.
”oh ya!” jawaban yang lambat. Lalu aku menutup pintu. Aku tinggal di apartement bersama kakakku. Hanya dengan kakakku seorang.

Di Jalan menuju rumah Jae Lyn...

Aku tahu seharusnya aku beristirahat malam ini. Tapi bagaimanapun juga Jae Lyn adalah sahabatku. Aku harus menemaninya dan membantunya setiap ada kesulitan. Dia teman sekaligus sahabat saat duduk di bangku SMA. Selalu menempel padaku tiap di sekolah. Tapi sekarang kami sudah Lulus. Tapi kami masih bersama.
Jae Lyn hanya mempunyai Ibu. Ayahnya dipenjara karena kasus kejahatan akhir-akhir ini, ada kabar dari kejaksaan hukum ayahnya akan diancam hukuman seumur hidup apabila tidak menyerahkan diri pada kepolisian. Aku tidak tahu yang dilakukan ayahnya sampai di hukum sebegitu kejamnya. Jae Lyn tak pernah memberitahuku sebab penyebab ayahnya dipenjara. Ini yang membuatku bertanya-tanya tapi aku tidak menghiraukannya, walaupun ini sulit bagi Jae Lyn untuk menceritakan semua masalahnya padaku.

Akhirnya Sampai di depan rumah Jae Lyn...

“Selamat sore.” salamku
Ibu Jae Lyn datang menengok sambil berjualan.
“Oh bibi. Aku Hye Na teman sekolah Jae Lyn. Jae Lynnya ad....”
“cari jae lyn? Jae Lyn tidak ada” balas Ibu Jae Lyn . Aku terkejut mendengarnya, apakan ibu jae lyn melarang jae lyn keluar rumah? Lalu aku menjelaskan maksud kedatanganku.
”Bibi, aku dan Jae Lyn ada janji untuk mendatangi suatu tempat, dia ada dimana?”
“Bibi tidak tahu! Kamu pulang saja sana..  “ suruhnya mengusirku.
“Ibu! cukup! Aku tidak suka cara ibu melarangku untuk pergi.” tiba-tiba Jae Lyn datang dari tangga kamarnya melontarkan suara dengan keras. Jae Lyn siap untuk pergi denganku.
“Jeje! Masuk kamar!” Suruh ibunya. Jae Lyn menghampiri ibunya.
“Ibu! Kumohon jangan halangi aku, aku ingin sekali-kali pergi keluar. Hye Na orang baik, Bu. Jangan salah paham.” sambil memegang tangan ibunya dengan memohon. Lalu Jae Lyn melepaskan tangan ibunya karena ibunya tidak menatap Jae Lyn sepertinya memalingkan muka, lalu Jae Lyn langsung menghampiriku serta memegang tanganku dan langsung pergi meninggalkan ibunya dirumah. Aku merasa kasian pada Jae Lyn karena dia begitu dibatasi kebebasannya, tapi aku juga sedih melihat perlakuan Jae Lyn pada ibunya, mereka harus sama-sama tetap kuat dalam persoalan ini.

Di perjalanan, pinggir jalan kota, Jae Lyn masih bersedih...

Aku menepuk bahu Jae Lyn aku tersenyum padanya lalu menggandeng tangannnya.
”Hye Na, maafkan ibuku.” dengan wajah sedih penuh penyesalan. ”Ibuku tak bermaksud mengusirmu. Dia hanya melindungiku dari orang-orang, yang selama ini mencari-cari ayahku.” terangnya.
”Tidak apa-apa aku hanya terkejut saja. Ternyata Ibumu sama karakternyanya dengan kakakku.” aku sedikit menghibur.
”Apakah ini mengganggumu? Aku akan suruh ibuku meminta maaf padamu secepatnya” katanya.
”Haiizz....itu malah mempersulit diriku, sudah tidak penting lagi. Yang penting yang harus kau lakukan saat ini adalah menemaniku ke Mall.”
”Ke Mall? Untuk apa? Aku pikir kita akan pergi ke Bimbel.”
”Ahh...Ayolah ikut aku!” menarik tangan Jae Lyn dan pergi ke Mall.

Saat tiba di Mall...

”Uwaa! Jae Lyn sini!” menarik tangan Jae Lyn.
”Lihatlah, betapa anggunnya gaun merah ini.”  kataku sambil melirik Jae Lyn. Dari sudut matanya, Jae Lyn juga  senang dan tertarik melihatnya.
”Wah! Wah! Bagaimana kalau yang ini? Sepatunya merah yang berkilau, sungguh indah dan pantas untukmu Jae Lyn?!” mengambil sepatu dan menyerahkannya pada Jae Lyn untuk dicoba.
”Apa? Aku tidak...”
”Ayolah, coba dulu. Kalau memang bagus sayang kalau tidak dipakai.” Aku memakaikannya pada Jae Lyn. Wajahnya terlihat kaku dan canggung untuk memakai sepatu bermerek mewah ini.
”Aishh, Kau ini .. Bagaimana? Kau suka,kan?” tanyaku dengan gembira.
”aku tidak suka.” jawabnya. Aku terkejut.
”Hah? Kenapa? Ini pas kok! Atau kau mau coba yang lain?” aku sambil mencari sepatu lainnya.
”Sebenarnya, apa sih tujuan kita kemari? Aku tidak nyaman disini.” tanyanya kesal. Aku terdiam sesaat. Apakah aku membuatnya sebal? Lalu aku mencoba menjelaskan.
”Kita harus bergaya seperti orang yang ingin seperti artis model. Kita itu sudah cantik, sayang kalau tak dimajakan dengan hal seperti ini.”
Jae Lyn hanya diam dan melotot ke arahku dengan mengerutan alis di matanya. Dengan wajah penuh tanya.

Pukul 19.00
Di Cafe Mall...


Kami duduk santai sambil makan ice cream. Jae Lyn melihatku dan berkata,
”Dasar kau!” . Tiba-tiba dia bicara seperti itu.
”Uhuk...uhuk..A..apa?” aku tersedak minum karena terkejut.
”Apakah aku harus mengulanginya?” nada kesal. Sepertinya dia masih kesal dengan dirinya sendiri karena aku?.
”Tidak perlu! aku hanya memintamu menjelaskan apa maksud dari ucapan itu.” Aku  juga kesal, kenapa Jae Lyn tiba-tiba berkata seperti itu padaku.
”Kau bilang jadi artis model, apakah itu cita-citamu?” tanyanya dengan wajah serius.
”Aku sangat suka dengan dunia entertaiment terutama model. Tidak salahkan aku mempunyai pikiran seperti itu berkeinginan jadi artis model.”
”Kalau itu memang keinginanmu, jangan bawa-bawa aku keduniamu. Aku merasa kau semena-mena padaku.” jelasnya dengan kata-kata yang menyalahkanku.
”Kau tahu kan, artis model itu mudah terjerat masalah, apalagi banyak wartawan meliput di media tentang gosip yang beredar, lalu kau tidak malu?” lanjut Jae Lyn.
” Ayolah.. aku juga tak tertarik dengan sensasi para artis, kau meresponnya sangat serius. Tak usah kau pikirkan” Jelasku.
Jae Lyn melihat belanjaan yang kita beli tadi.
”Lalu baju, sepatu, dan aksesoris ini?” tanya Jae Lyn.
“Ini untukmu, baju coklat itu untuk ibumu.” aku membeli baju yang akan ku berikan pada ibu Jae Lyn nanti saat pulang sebagai tanda perbaikan hubungan.
”Aku sungguh tak mengerti.” Jae Lyn merasa kebingungan sambil melihat barang-barang belanjaan.
”Apa yang kau tak mengerti?” Tanyaku sambil makan ice cream.
”Bagaimana aku membalas semua ini. Kau begitu baik padaku. Apakah kau  ada maksud tertentu?” . Jelasnya dengan penuh keraguan.
”Sebenarnya aku sudah puas punya sahabat sepertimu, aku juga sudah menerimamu apa adanya. Maksudku tentu saja ingin melihatmu bahagia dan akupun juga bisa merasakan kebahagiaan itu.” Jelasku dengan penuh kepercayaan diri. Aku sangat sayang pada Jae Lyn.
”benarkah itu?”Kata Jae Lyn dengan wajah sedikit terharu. Aku tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala sambil melihat Jae Lyn menangis bahagia. Lalu kami pulang dengan membawa barang belanjaan kami.

Pukul 20.30
Saat perjalanan pulang

Setelah turun Bus, kami berjalan kaki mendekati trotoar. Kemudian Jae Lyn menghentikan langkahnya aku pun juga berhenti dengan kebingungan. Ada apa?
”Hye Na, sampai disini saja kau mengantarku. Aku bisa pulang sendiri.” Jae Lyn dengan membawa barang belanjannya mengatakan itu.
”Oh begitu, padahal aku ingin bertemu ibumu.” kataku sedikit kecewa.
”Lain kali saja. Aku rasa ibuku sudah tidur.” Jelasnya.
”Baiklah kalau begitu.” jawabku.
”Kau istirahat saja. Kau terlihat kecapekan.”,  katanya.
”benarkah? Padahal aku merasa terlihat masih segar. Haha.”, Aku tertawa.
“Itu menurutmu. Sudah ya! See you!”, salamnya dengan senyum.
“Iya, sampai jumpa. Aku akan menghubungimu jika ada diskon baju dan sepatu.”, kataku sambil tertawa.   
“Baiklah. Sana pulang.” , suruhnya sambil senyum.
”iya.” jawabku. Dan aku pergi meninggalkannya lalu dia melambaikan tangan.
Kami berpisah di pertigaan jalan dekat rumah kami masing-masing. Sungguh menyenangkan malam ini.

Kembali ke rumah...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar